Penilaian Hasil Belajar

Pastinya, penilaian akan menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan skor kualitatif dan kuantitatif tersebut.

Penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, serta paling terakhir adalah memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar.
Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu:

  • Kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika – matematika),
  • Afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional),
  • Psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).

Sejauh mana masing-masing domain tersebut memberi sumbangan terhadap sukses seseorang dalam pekerjaan dan kehidupan ? Data hasil penelitian multi kecerdasan menunjukkan bahwa:

  • Kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-matematika yang termasuk dalam domain kognitif memiliki kontribusi hanya sebesar 5%,
  • Kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi yang termasuk domain afektif memberikan kontribusi yang sangat besar yaitu 80%,
  • Sedangkan kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spatial dan kecerdasan musikal yang termasuk dalam domain psikomotor memberikan sumbangannya sebesar 5 %.

Bagaimana Praktik di Lapangan?

Dalam praktik pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses belajar-mengajar dan penilaian, yang amat dominan ditekankan justru domain kognitif. Domain ini terutama direfleksikan dalam 4 (empat) kelompok mata pelajaran, yaitu bahasa, matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial. Domain psikomotor yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran pendidikan jasmani, keterampilan, dan kesenian cenderung disepelekan. Demikian pula, hal ini terjadi pada domain afektif yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran agama dan kewarganegaraan.

Penilaian Hasil Belajar dapat kita tinjau dari beberapa aspek. Setidaknya ada 2 (dua) aspek yang bisa kita pertimbangkan sebelum sekolah sebagai institusi, maupun guru sebagai pendidik langsung, melaksanakan proses Penilaian Hasil Belajar. Yaitu,

  • Kemudahan pembuatan dan pengembangan teknik penilaian itu sendiri. Selain kompetensi mengajar, kompetensi mengembangkan metode Penilaian Hasil Belajar adalah suatu kompetensi yang perlu dicapai oleh guru. Akan mudah bila guru yang bersangkutan juga kompeten dalam membuat teknik penilaian. Contoh paling sederhana adalah guru mampu membuat soal ujian.
  • Waktu dan tempat pelaksanaan penilaian hasil belajar. Paling mudah melaksanakan penilaian adalah menetapkan satu waktu tertentu untuk seluruh kelas dalam satu tingkat; atau bahkan 3-6 tingkat sekaligus. Penilaian kepada tiap individu secara satu demi satu tentu memakan waktu yang tidak sedikit.

Memang, di antara para pengamat pendidikan, maupun para orang tua, mungkin ada terselip rasa penasaran mengenai bentuk-bentuk Penilaian Hasil Belajar yang cenderung itu-itu saja. Baik berupa soal-soal pilihan ganda, maupun soal esai.

Padahal, ada bentuk-bentuk lain seperti metode observasi (pengamatan) oleh guru, pembuatan dan pengumpulan karya oleh siswa sebagai peserta pendidikan, praktik pelaksanaan di lokasi kerja, dan lain sebagainya.

Penilaian akhir tidak harus berupa ujian tertulis. Sebab, kecerahan masa depan tidak dilihat dari seberapa “cerah” nilai ujian di atas kertas. Murid “zaman now” (sebagaimana siswa-siswa lain di zaman manapun) tidak hanya dituntut menguasai mata pelajaran. Namun, juga memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu tersebut di kehidupan sosial.

Regulasi terkait

Demikian pentingnya proses belajar bagi pemerintah, sehingga ada Undang-Undang tersendiri mengenai Penilaian Hasil Belajar. Yaitu,
Sedangkan peraturan setingkat menteri adalah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018. Fokus Permendikbud tersebut ada 2 (dua), yaitu Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah.

Coba platform edubox atau ke edubox.id

Referensi:
http://fatkhan.web.id/pengertian-penilaian-hasil-belajar/

Beli Edubox Bisa Pakai Dana BOS di SIPLah

Beberapa waktu yang lalu, kami telah mengulas bahwasanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bisa digunakan untuk memperoleh Edubox. Kini, Edubox bisa dibeperoleh di SIPLah.

Bagi yang belum mengetahui, BOS adalah bantuan pendidikan berbentuk dana yang diberikan kepada sekolah dan madrasah untuk kepentingan nonpersonalia. Dana BOS diberikan berdasarkan jumlah siswa yang dimiliki sebuah sekolah. Saat ini, dana BOS terbagi menjadi dua, yaitu BOS yang berasal dari pemerintah pusat dan dana BOS yang berasal dari pemerintah daerah.

Informasi mengenai dana BOS, bisa dilihat di portal BOS milik kementerian pendidikan dan kebudayaan di bos.kemdikbud.go.id. Di landing page-nya, ada panduan mengenai tata cara penggunaan dana BOS serta item-item apa saja yang dilarang untuk dibelanjakan dengan dana BOS. Bila diperhatikan dengan seksama, maka di sisi kanan bawah halaman terdapat pranala (link) untuk menuju SIPLah (Sistem Informasi Pengadaan Sekolah).

Kini, dengan dana BOS, produk Edubox bisa dibeli di SIPLah. Sistem elektronik tersebut dapat digunakan sekolah untuk melaksanakan proses PBJ (Pengadaaan Barang/Jasa) secara online yang dananya bersumber dari dana BOS.

Tinggal klik link/button berikut ini, maka Anda sudah dapat mengakses halaman pembelian Edubox di portal SIPLah.
https://siplah.blanja.com/product/router-wifi-extender/127939-edubox-smart-router

Para pelaksana PBJ di Sekolah terdiri dari dua pihak, yaitu Kepala Sekolah (Kepsek) dan Bendahara BOS. Berikut adalah deskripsi pekerjaan masing-masing:

Kepsek

  • Menetapkan tim pembantu PBJ Sekolah
  • Menetapkan spesifikasi teknis (mengacu RKAS)
  • Membuat harga perkiraan untuk PBJ Sekolah
  • Melakukan negosiasi teknis
  • Memilih dan menetapkan Penyedia
  • Mengadakan kontrak/perjanjian
  • Melaksanakan pembelian langsung
  • Menyetujui/menolak permohonan pengalihan kewenangan

Bendahara BOS

  • Melaksanakan pembelian langsung
  • Melaksanakan serah terima hasil pengadaan
  • Melakukan pembayaran kepada Penyedia; dan
  • Mengalihkan dengan persetujuan KepSek baik seluruh maupun sebagian kewenangan

NB: Tenaga Administrasi & Guru boleh menerima sebagian/seluruh kewenangan yang dilimpahkan dari bendahara Dana Bos.

Sementara itu, tujuan PBJ Sekolah adalah transparan, efektif dan efisien, terbuka, adil, akuntabel dan bersaing.

Bisa dipastikan, sekolah akan mendapat harga terbaik, dari pengadaan yang bersifat semakin transparan disertai dengan keterbukaan pada kompetisi pasar. Sehingga peluang usaha juga lebih banyak.

Masalah Jaringan Komputer di Sekolah

Di artikel yang lalu, kami sudah berbagi mengenai karakteristik jaringan komputer. Khususnya tipe arsitektur jaringan yang cocok untuk diimplementasikan di sekolah. Selain karakteristik, ada beberapa manfaat keberadaan dari menghubungkan antar komputer sekaligus penyediaan komputer peladen (server) sebagai pusat dari rangkaian jaringan tersebut. Kini kita akan berfokus pada masalah jaringan komputer sekolah.

Kita sudah menyadari bahwasanya komputer berjejaring di sekolah sudah sedemikian penting. Bila tidak dikoneksikan satu sama lain, maka salah satu masalah jaringan komputer sekolah yang terjadi adalah kesulitan pemindahan data maupun habisnya waktu untuk saling menunggu data yang dikehendaki. Hal-hal demikian terjadi karena penyimpanan data data laporan sekolah dilakukan di notebook/laptop secara perorangan. Bila tidak dikoneksikan melalui jaringan, maka perpindahan data harus dilakukan secara manual menggunakan flash disc.

Di sisi lain, ada beberapa alasan penggunaan jaringan komputer di sekolah:

  1. Pemakaian Sumber daya secara bersamasama

Ini dikarenakan keterbatasan sumber daya yang tersedia sehingga perlu dilakukan pembagian ( Sharing) dalam pemakaian sumber daya tersebut.

2. Efisiensi penggunaan database dan aplikasi

Berbagai macam aplikasi diintregasikan untuk dijalankan pada berbagai komputer. Data yang dihasilkan dari satu komputer termimal dapat digunakan bersama-sama dengan komputer terminal yang lainnya.

Berikut ini, kami sebutkan dan deskripsikan beberapa masalah jaringan komputer sekolah:

  1. Koneksi lambat

Adanya permasalahan koneksi lambat bisa disebabkan oleh banyaknya PC yang di-sharing. Solusi lainnya adalah dengan menambah kecepatan koneksi internet.

2. Tidak bisa berbagi data

Penyebabnya bisa karena sharing pada komputer masih dalam mode disable, sehingga harus diaktifkan dulu dengan membuka Network > Internet Access pada bagian kanan bawah dekstop. Klik kanan pada gambar network, lalu klik Open Network and Sharing Center. Pilih mode turn on file and printer sharing > Save Changes.

3. Komputer mengalami hang

Masalah hang pada komputer juga sering terjadi. Untuk menyelesaikannya Anda hanya perlu menyalakan kembali komputer Anda. Penyebab dari masalah ini karena IP yang Anda gunakan sama dengan IP komputer lainnya, sehingga Anda harus menggantinya dengan IP yang berbeda.

4. Kabel jaringan gagal berfungsi

Masalah ini umum ditemui akibat putusnya kabel jaringan yang bisa mempengaruhi kinerja sebuah komputer dalam jaringan. Putusnya kabel antar switch (uplink cable) sehingga berdampak pada masalah jaringan pada satu blok gedung. Ada juga kegagalan backbone cable sehingga berdampak pada sebagian besar komputer dalam jaringan LAN.

5. Network connection yang bermasalah

Masalah yang terdapat pada Network Connection terletak pada nomor IP, gateway, dan lainnya yang blank. Bisa juga status jaringan tersambung dan masih bisa mengakses data jaringan via IPX/SPX/NetBIOS, tapi nomor IP tidak ada yang membuat akses internet mati.

Dalam membangun, mengoperasikan, dan merawat (to maintain) jaringan komputer di sekolah, sebaiknya kita tidak bergantung pada satu merk komputer atau vendor tertentu. Dengan demikian, kita dapat memiliki dan menjalankan jaringan komputer yang berhubungan dan berkesinambungan.

Apabila sudah tersedia jaringan komputer yang memadai di sekolah, maka tinggal menginstal aplikasi Edubox saja. Harga sangat terjangkau. Hanya Rp8juta saja. Tenang, bila tidak melanjutkan mekanisme berlangganan, maka aplikasi tersebut tetap dapat dipakai (meski tidak mendapat update terbaru). Untuk diketahui, biaya keberlanjutan berlangganan hanya Rp5juta saja.

Namun, apabila jaringan komputer di sekolah masih belum memadai, maka silakan gunakan hardware+software Edubox yang hanya berharga Rp3.5juta saja. Namun, penggunaannya terbatas untuk 30-an siswa dalam sekali proses belajar atau ujian.

Referensi:

  • Yusuf Irawan, Abdillah Baraja. 2012. Analisis dan Perancangan Jaringan Komputer Sekolah Dasar Islam Sains dan Teknologi Ibnu Qoyyim. Program Studi Teknik Informatika, Universitas Surakarta.

https://www.baktikominfo.id/en/informasi/pengetahuan/masalah-masalah_yang_biasa_terjadi_dalam_jaringan_komputer_solusinya-674