Kehadiran pandemi covid-19 memberikan dampak yang berarti bagi sistem pendidikan di Indonesia. Ditiadakannya proses pembelajaran tatap muka membuat seluruh pihak yang terlibat dalam proses belajar mengajar harus menyesuaikan dengan cepat. Guru-guru harus mengajar secara online, baik dari rumah maupun dari sekolah, tanpa kehadiran siswa secara fisik. Wajah para siswa yang biasanya tampak langsung di hadapan guru, berganti dengan wajah-wajah di dalam layar monitor. Smartphone atau komputer mutlak jadi kebutuhan primer siswa.
Meski diiringi beragam pro dan kontra, sistem pembelajaran online tetap harus ditempuh, terutama selama pandemi. Pemerintah melalui Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, mengambil langkah darurat, termasuk dengan meniadakan Ujian Nasional sebagai syarat kelulusan siswa. Tak hanya itu, Menteri Pendidikan juga menginstruksikan agar sekolah dan kampus mengadakan kegiatan belajar secara online.
Tak hanya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara online. Ulangan harian, ujian tengah semester, hingga ujian akhir semester pun semuanya dilakukan secara online. Bagaimanapun juga, ujian tetap harus dilakukan, meski dalam kondisi sedang tidak bisa bertatap muka. Karena, bagaimanapun juga dengan ujian lah guru dapat mengevaluasi sejauh mana siswa mampu memahami bahan ajar yang diberikan.
Sayangnya, tidak semua guru betul-betul paham cara kerja aplikasi pembuat soal online yang digunakan. Waktu transisi yang serba cepat memang tidak ideal untuk mengubah kebiasaan. Apalagi, jika kebiasaan tersebut sudah dilakoni selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun. Singkatnya waktu untuk beradaptasi membuat sebagian guru kesulitan membuat soal ujian secara online. Soal yang dibuat pun terkadang hanya berupa tulisan, karena guru tak bisa memasukkan gambar pada soal yang dibuat. Belum lagi masalah-masalah teknis seperti salah ketik, atau salah tanda baca. Tak jarang siswa kebingungan saat harus mengerjakan soal yang tidak dibuat dengan baik.
Sementara di sisi lain, siswa mengerjakan soal dengan pengawasan yang rendah. Karena ujian dilakukan secara online, siswa pun mengerjakan soal di kediaman masing-masing. Dengan berbagai alasan seperti materi yang kurang jelas, atau soal kurang jelas, sebagian siswa melakukan berbagai modus kecurangan. Ada yang bekerja sendiri dengan menggunakan mesin pencari. Ada juga yang bekerja sama dengan rekannya menggunakan aplikasi berbalas pesan dan semacamnya. Atau terkadang siswa bertanya pada orang tua atau anggota keluarga lainnya. Orang tua pun membiarkan, karena diliputi rasa khawatir anaknya mendapat nilai jelek dan sulit untuk diterima di sekolah negeri atau sekolah unggulan.
Singkat kata, ujian dengan sistem online menjadi tidak valid sebagai bahan evaluasi. Ujian tidak sepenuhnya menggambarkan pemahaman peserta didik. Pihak sekolah pun seolah tak mau ambil pusing dan tidak mengambil tindakan tegas. Padahal, abainya pihak sekolah terhadap kecurangan-kecurangan pada sistem ujian online ini, bisa berakibat pada turunnya kualitas lulusan yang dihasilkan.
Perlu diakui, membuat soal untuk ujian online memang tidak mudah bagi semua orang. Bukan hanya bobot soalnya harus tepat, secara teknis pun soal harus digarap dengan serius. Hal ini perlu dilakukan untuk mencapai tujuan pelaksanaan ujian, sebagai sarana evaluasi kegiatan belajar dan mengajar. Evaluasi tak hanya dari sisi peserta didik, tetapi juga dari sisi guru sebagai pengajar. Tiap sekolah bisa jadi punya standar berbeda. Walaupun pada akhirnya, nilai rapor yang merupakan hasil ujian tetap jadi standar seleksi PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) di jenjang pendidikan selanjutnya. Nilai rapor SMA (Sekolah Menengah Atas) pun masih jadi standar seleksi penerimaan mahasiswa baru, yang menempuh jalur undangan. Artinya, ujian masih memegang peranan penting baik dalam menentukan kualitas sekolah, kualitas pendidik, dan juga peserta didiknya.
Oleh karena itu, saat ini guru-guru di Indonesia memerlukan alat bantu untuk membuat soal ujian secara online seperti yang disediakan oleh Edubox 4.0. Dengan metode yang digunakan oleh Edubox 4.0, guru dapat membuat soal yang berbasis aplikasi yang bisa diakses secara gratis oleh peserta didik. Edubox 4.0 diharapkan dapat menunjang kinerja guru yang selama ini kesulitan dalam membuat soal dengan sistem ujian online. Karena, guru dapat membuat soal langsung di laman aplikasi Edubox 4.0 atau dengan cara memindahkan soal dari Microsoft Word. Selain untuk mempermudah kinerja guru dalam membuat soal ujian yang berbasis online, Edubox 4.0 juga didesain untuk mencegah kecurangan-kecurangan yang mungkin dilakukan oleh siswa. Karena, ketika siswa sedang membuka aplikasi Edubox 4.0, smartphone yang digunakan untuk membuka aplikasi lainnya. Fitur tersebut bisa dimanfaatkan guru untuk mempermudah pengawasan terhadap siswa. Sehingga, hasil ujian siswa dapat dijakdikan tolok ukur keberhasilan penyampaian materi. Selain itu, dengan tampilan yang ringkas dan jelas, siswa pun tak perlu khawatir kuota akan terpakai terlalu banyak. Mengerjakan soal ujian pun menjadi lebih mudah. Mudah bagi guru, mudah juga bagi siswa.