Sehari kemaren cukup melelahkan, setelah nyampe kantor sekitar jam 9.00 dapat info dari grup Whatsapp support Pinisi Edubox bahwa ada masalah di jaringan yang digunakan untuk ujian di SMKN2. Dan parahnya masalah ini baru ditemukan sewaktu ujian. Memang dari SOP yang dibuat setiap sekolah yang sudah menggunakan sistem ujian Pinisi Edubox harus melakukan simulasi ujian real untuk melihat kemampuan jarigan yang sudah dipasang, tapi ini ternyata ga maksimal dilakukan sehingga kita tidak tahu apakah jaringan akan sanggup atau tidak. Selanjutnya, kita bahas ujian dalam jaringan.
Sejak setahun yang lalu saya dan beberapa anak-anak Saklik menginisiasi produk baru (startup) yang dinamakan Pinisi Edubox (sebelumnya Pinisi Exambox). Produk ini memberikan solusi terhadap permasalah sekolah-sekolah yang ingin menerapkan konsep paperless (pengurangan penggunaan kertas) bahkan bebas kertas dalam setiap kali ujian tetapi terkendala dengan koneksi jaringan internet. Bayangkan saja setiap kali ujian ada ratusan sampai ribuan siswa bersamaan ujian jika dipaksakan ke internet sudah dipastikan ujian tersebut akan gagal dan chaos. Nah si Pinisi Edubox ini dirancang sebagai jaringan lokal dengan konsep tanpa kabel (wireless). Peserta ujian cukup konek ke Wi-Fi dan mengakses alamat IP lokal tertentu untuk melaksanakan ujian.
Ternyata setelah berjalan setahun, penggunaan Wi-Fi sebagai akses untuk ujian lebih agak susah dibanding dengan menggunakan jaringan kabel (LAN). Pantas saja Kemdikbud melakukan UNBK dengan konsep LAN. Tapi berdasarkan pengalaman penerapan di beberapa sekolah di Bandung asal perancangan dan pengembangan jaringan Wi-Fi nya benar, maka hasil yang didapatkan akan lebih efektif dan efisien dibanding dengan LAN.
Dengan menyediakan Wi-Fi yang mumpuni untuk pengadaan ujian ini sekolah tidak perlu lagi menyedian lab komputer, anak-anak bisa menggunakan laptop atau smartphone. Tapi rata-rata selama ini memang Wi-Fi yang terpasang di sekolah rata-rata tidak dirancang untuk penggunaan dalam jumlah besar.
Berani mencoba di sekolahnya? atau pernah mencoba yang didapat stress? Kalau saya sudah sering banget stress kalau tiba-tiba jaringan susah diakses seperti yang kemaren dialami di SMKN2 Bandung, walaupun akhirnya bisa diatasi dan ujian kembali berlangsung dengan normal.
Dari pengalaman selama ini ada beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk penggunaan Wi-Fi untuk akses ujian dalam jaringan :
- Pemilihan Wi-Fi access point, gunakan produk yang bisa menjamin kemampuan menghandle lebih dari 50 user untuk satu access point. Saat ini yang direkomendasikan adalah Unifi AP Long Range (Ubiquity).
- Mikrotik yang berfungsi sebagai router. Disesuaikan dengan banyaknya user. Untuk user lebih dari 100 sampai 200 orang disarankan menggunakan Mikrotik RB 951 2Hnd. Kenapa mikrotik, karena menurut saya ini cukup familiar untuk kalangan pendidikan.
- Server dan aplikasi, nah ini juga disesuaikan dengan jumlah user yang bakal mengikuti ujian. Aplikasi pun bisa menggunakan software open source seperti Moodle (PHP based), edX (python based), Sakai (java based). Atau bisa juga menggunakan produk dari Pinisi Edubox berupa server dan aplikasi yang terintegrasi (berbasis Raspberry Pi 2), dengan kemampuan menangani 200 user bersamaan.
4. Yang paling penting dari itu semua adalah, sebelum ujian dilaksanakan harus dilakukan simulasi real. Misalnya ada 200 orang yang mau ikut ujian, maka 200 orang itu harus mencoba semua, sehingga kita tahu kekurangan dari sistem yang disiapkan.
Selamat mencoba!
Related Post(s):