Browser adalah penemuan teknologi informasi (information technology, IT) yang sangat mencengangkan sekaligus memudahkan para penggunanya. Bersama browser, kita tidak bergantung sepenuhnya kepada aplikasi-aplikasi berbasis perangkat. Baik perangkat komputer pribadi (personal computer, PC) maupun telepon genggam (handphone). Lewat browser, kita bisa mengakses dan menggunakan banyak sekali aplikasi berbasis website (web-based) tanpa harus memiliki atau mempertahankannya di perangkat kita. Penggunaanya hanya ketika kita membutuhkannya. Tinggal buka browser, kemudian kita akses dan gunakan. Bila sudah selesai, tab browsernya tinggal kita tutup. Demikianlah aplikasi berbasis web memberikan kemudahan pada kita hanya ketika kita membutuhkannya. Broswser juga bisa digunakan untuk simulasi Ujian Nasional Berbasis Android (USBN), lho.
Ujian berbasis komputer (computer-based test, CBT) semakin mudah dan luas penggunaannya tatkala dipertemukan dengan teknologi IT berbasis browser. Tadinya, CBT menggunakan aplikasi-aplikasi berbasis komputer pribadi. Sehingga aplikasi tersebut harus diinstal dan terus berada di dalam PC tersebut meskipun tidak sedang digunakan. Dengan browser sebagai medium akses, teknologi IT yang web-based mempersilahkan kita sebagai pengembang perangkat lunak (software developer) untuk merancang dan mengembangkan perangkat lunak untuk ujian. Pintu masuknya adalah sebuah alamat situs (yang lazim kita sebut URL) yang kita masukkan di dalam tab browser kita.
Sebagai software developer, Pinisi telah mantap menetapkan URL https://edubox.pinisi.io sebagai cara untuk memasuki aplikasi ujian berbasis android yang bisa pula digunakan untuk simulasi ujian nasional berbasis android. Tidak hanya aplikasi ujian berbasis android di web, tetapi tim Pinisi juga telah mengembangkan mobile application (lazim disebut mobile app) yang juga berbasis Android. Mobile app ini gratis alias tidak dipungut bayaran. Screenshot-nya berikut ini, agar anda tidak salah dalam mencari, menemukan, dan mengunduh mobile app Pinisi yang dikembangkan oleh software developer Pinisi Dev Team.
Sedangkan URL https://pinisi.io adalah landing page di mana anda bisa melakukan pemesanan sekaligus transaksi untuk produk Edubox Mini Server. Kami juga sedang mencari para reseller yang berkenan untuk turut mendistribusikan produk ini ke seluruh penjuru nusantara.
Mengapa harus android?
Tingkat kepemilikan siswa terhadap perangkat (gadget) dengan sistem operasi (operation system, OS) android jauh lebih tinggi daripada laptop. Smartphone android bahkan tersedia pada harga yang relatif terjangkau dengan kualitas yang bisa diandalkan. Berbeda dengan kompetitornya, yaitu iOS dari perusahaan Apple yang perangkat-perangkatnya berharga mahal. Dengan menggunakan perangkat dan aplikasi berbasis android, sekolah maupun para guru relatif tidak menemui hambatan tatkala meminta para siswa untuk membawa perangkat yang bisa digunakan untuk ujian berbasis android. Berbeda dengan laptop yang tidak semua keluarga memilikinya. Apabila sekolah menugaskan masing-masing siswa untuk membawa laptop, tentu tidak akan mudah. Malah sebaliknya, membebani siswa dan keluarganya.
Android juga mudah digunakan. Seiring dengan perkembangan wawasan (insight) para developer dalam merancang mobile app yang “mengerti” kebutuhan para pengguna (user). Pengalaman pengguna (user experience, UX) adalah prioritas pengembang. Dalam proses pengembangan mobile app, user tidak perlu lagi membaca petunjuk manual (manual guidance) yang biasanya berisi cara-cara bagaimana menggunakan suatu aplikasi. Berkat wawasan pengembangan UX, user akan mendapati betapa mudahnya menggunakan mobile app yang memang khusus dirancang untuknya.
Dalam hal ini, Pinisi Dev Team melakukan riset khusus berupa wawancara mendalam (in-depth interview) dan diskusi grup (focused-grups discussion) guna mengetahui pain points (suatu kebutuhan dari user, yang terasa “menyakitkan” bila tidak terpenuhi oleh aplikasi atau perangkat yang dia gunakan) dari para user. Dalam hal ini, para user adalah guru (selaku pembuat soal dan pelaksana ujian) dan siswa (selaku user yang mengerjakan soal).
Kami mendapati para guru terbebani dengan proses-proses administratif yang menyertai pelaksanaan ujian. Terutama bila ujian dilakukan menggunakan kertas. Mulai dari menyiasati kemungkinan siswa berbagi jawaban, memperbanyak lembar soal dan lembar jawaban lewat mesin photocopy, memeriksa jawaban para siswa di puluhan –bahkan ratusan– lembar jawaban, memasukkan nilai ke dalam buku raport, dan lain sebaginya. Yang cenderung menjemukan –sehingga mungkin menghilangkan konsentrasi guru—dan menghabiskan waktu. Seringkali, para guru harus menggunakan waktunya di luar jam kerja maupun jam sekolah. Yang nyata-nyata merenggut waktu untuk keluarga, maupun waktu untuk aktifitas pribadi lainnya.
Dengan aplikasi ujian berbasis android seperti Pinisi, yang bisa pula digunakan sebagai aplikasi simulasi ujian nasional berbasis android, maka para guru tidak lagi merasakan pain points tersebut. Jadi, kemajuan teknologi digital telah membawa angin segar yang sangat berarti bagi pendidikan kita di Indonesia. Tidak hanya di perkotaan, namun juga pedesaan maupun daerah-daerah terpencil. Di mana kita sudah bisa menyelenggarakan ujian dengan lebih mudah, lebih cepat bahkan dengan biaya yang relatif terjangkau. Ya, ujian nasional berbasis android memang memberikan beberapa kemudahan bila dibandingkan dengan CBT biasa, apalagi bila dikomparasi dengan ujian berbasis kertas (paper-based test) biasa.
Related Post(s):